Jangan Berakhir !!
Satu
minggu, dua minggu, 1 Bulan, Bahkan sudah hampir 3 Bulan semenjak kejadian
mengerikan yang menimpa Wendy itu terjadi.
Sejak
kejadian itu pula aku menjadi lebih dekat denganya. Bagaimana tidak? Dia selalu
memintaku untuk menemaninya terapi di akhir pekan. Kalau tidak denganku lebih
baik dia tidak pergi terapi fikirnya. Ya, mau nggak mau aku pun rela
menghabiskan setiap akhir pekanku di Bogor dan melewatkan rutinitas mingguan
pergi ke toko buku ataupun sekedar jalan-jalan keliling Jakarta bersama Kana.
Untungnya dia bisa mengerti, sejenak aku bahagia dan beruntung mempunyai
sahabat sepertinya.
Sekilas
cerita tentang Kana, dia mempunyai masalah hidup yang cukup rumit. Hebatnya
senyumnya dan tingkah konyolnya itu mampu menutupi semua beban hidupnya. Ayahnya yang
tempramental selalu menyiksa dan memukuli ibu nya. Sampai pada akhirnya Kana
tidak kuat dengan perlakuan Ayahnya tersebut lalu memutuskan untuk mengajak
ibunya kabur. Tapi ibunya terlalu mencintai dan setia kepada Ayahnya. Sehingga
Ibunya menyuruh Kana untuk pergi ke rumah Neneknya.
Walaupun
berat bagi Kana untuk meninggalkan Ibunya, tapi itu memang kemauan Ibunya
sendiri dan Kana pun ingin melanjutkan kuliahnya. Tekadnya setelah ia berhasil,
dia akan membawa Ibunya agar terlepas dari jeratan sang Ayah.
Saat
ini mungkin aku adalah satu-satunya orang yang paling dekat dengannya semenjak
dia memutuskan untuk tidak tinggal di rumah neneknya dan kos bersamaku.
“Vi,
anterin gue ke toko buku yuk!” Suara Ady membuyarkan lamunanku.
“Sekarang??
Kayaknya gue gak bisa deh Dy”
“Kenapa??
Akhir-akhir ini kayaknya lo sibuk banget?”
“Gueada
urusan Dy”
“Ya
ya ya, gue tau urusan nya itu lo harus jadi perawat pribadinya si Wendy.”
Ucapannya terdengar agak ketus.
“Kok
lu ngomongnya gitu sih Dy?”
“Emank
bener kan? Sekarang lo sibuk sama dia, bahkan lu tega ninggalin Kana sendirian
demi tuan besar itu, lo pikir dong Vi, lo itu bukan pembokatnya, oh atau lu
memang bener-bener suka sama Wendy yah !!”
Aku
kesal mendengar ucapannya.
“Omongan
lu keterlaluan Dy !!!” Aku beranjak meninggalkannya dan berlari keluar kelas.
Entah kenapa jantungku terasa sesak mendengar ucapan Ady tadi. Aku benar-benar
gak menyangka dia bisa bicara seperti itu terhadapku.
JJJJ
“Eh
neng Vio, silahkan masuk Neng” Mbok Sri dengan ramahnya menyambutku di ambang
pintu.
“Ada
orang di rumah mbok?” tanyaku sambil beranjak masuk ke dalam rumah.
“Ujang
Wendy pan lagi nunggu eneng di kamarnya tuh. Neng Sasya sama Neng Janis mah
lagi pada dikamar”
“Oh
Kak Wendy lagi nungguin aku. Ya udah aku kesana dulu ya mbok” Akupen beranjak
ke kamarnya Wendy.
Sebenarnya
sejak dalam perjalanan, hatiku masih dongkol sama tingkahnya Ady tadi. Ya, tapi
aku mencoba melupakannya, karena semua yang diomongin sama Ady itu gak bener
sama sekali. Aku selalu menemani Wendy, karena aku memang nyaman berada di
dekatnya, dan soal aku suka sama wendy ?
Tokk..tokk..tokk..
Aku
mengetuk pintu kamarnya yang saat itu tertutup, ya nggak seperti biasanya.
“Masuk
aja” Sahut Wendy dari dalam kamarnya
Aku
membuka pintu kamarnya, seperti biasa, Wendy tengah duduk menghadap keluar
jendela di kursi rodanya.
“Sini
Vi, ada yang mau Kakak tunjukin !” Ucapnya sambil menengok kearahku. Tampaknya
warna mukanya sangat ceria.
“Kenapa
Kak? Kok kayaknya seneng banget sih?”Aku tanpa bisa menyembunyikan senyuman
sumringahku langsung mendekatinya.
“Sini,
kamu berdiri di depan aku?” Ucapnya lagi. ‘Aku’ ?? sejak kapan dia meng aku kan
dirinya. Entahlah..
Kini
aku berdiri di hadapannya
“Ada
yang pengen Kakak tunjukin sama kamu” Ucapnya sambil mengerdipkan matanya.
Oh tuhan, dia
manis sekali..
Aduh,
apa-apan sih aku ini. Ya, aku pun hanya tersenyum kepadanya.
“”Liat
yah Vi !!”
Aku
diam memperhatikannya, tidak ada yang aneh, tapi.. tunggu dulu... APA?? Ini
bener-bener terjadi, ini benar-benar sebuah kejutan yang mampu membuat ku tercengang
dan berkata bahwa keajaiban itu adanya.
“Lihat
ini Vi !!”
Ya
jari-jari tangannya kini bisa bergerak. Dan kini dia berusaha mengangkat
tangannya, walaupun masih agak kaku, dan akhirnya terjatuh lagi, tapi itu sungguh sangat luar biasa. Dia yang
di vonis lumpuh untuk selamanya, nyatanya kini bisa menggerakan tangannya.
Aku
nggak bisa berkata apa-apa lagi..
Refleks
aku memeluknya,
Tapi
aku buru-buru menyadarinya dan melepaskan pelukanku.
“Eh
maaf Kak....” Ucapku, Kak Wendy pun tampak kikuk.
“Ehm
Selamat ya Kak, Tuhan memang maha
mendengar, doa kita udah dikabulin” Ucapku mencairkan kembali suasana.
“Iya
Vi, Kakak juga gak nyangka, makasih ya Vio, ini berkat kalian semua juga”
“Iya
Kak.. Aku harus nyampein kabar ini ke Janis sama Sasya, dadahhh kakakk”
Aku
langsung buru-buru meninggalkannya, sambil tergopoh-gopoh aku menuruni anak
tangga. Aku gak sabar pengen nyampein kabar gembira ini sama mereka
JJJJ